Minggu, 24 Desember 2017

#JejakKaki (1) – Sedihnya Melihat Kebun Binatang Ragunan



Hari ini gue berniat untuk membuat konten di blog dengan beberapa edisi khusus seperti:
1. #JejakKaki untuk review tempat
2. #Sepenglihatanku untuk review film
3. #MauBerpendapat untuk berkomentar tentang topik yang sedang viral
Seperti pada judulnya, gue akan bercerita tentang apa yang gue lakukan hari ini.

Jadi, siang tadi gue janjian dengan temen gue, Aqilla dan Kak Danu di McDonalds Kelapa Dua dengan niat awal ‘mau ngobrol santai aja’.

Namun setelah menghabiskan sedikit waktu di McD, kita berniat untuk mencari tempat lain. Terus tanpa memikirkan tujuan yang entah kemana, kita udah masuk ke dalem mobil dan searching tempat nongkrong asik di Depok. Dan sayangnya, google merekomendasikan nya tempat makan semua.

Lalu di perjalanan, tiba – tiba kak Danu ngomong. “Eh lu mau ga menuhin bm gue kita ke ragunan? Gue cuma lagi pengen liat binatang aja”

Tanpa banyak pertimbangan, akhirnya kita menuju ke sana. Secara garis besar jalanan cuma ramai lancar, sampai akhirnya terjadi macet di pintu masuk ke kebun binatang nya.

Yang belum tau kebun binatang ragunan, itu letaknya di daerah Jakarta Selatan. (mau lengkap, searching aja)

Pas sampai, sekarang gue harus membeli kartu dengan harga 30.000 yang di dalemnya ada saldo 20.000 (gue enggak tahu mulai berlaku kapan, karena gue udah bertahun – tahun enggak kesini). Nah kebetulan gue naik mobil, bayar parkir nya cuma 6.000.

Yang pada saat itu udah jam setengah 3, kita tetep nekat masuk padahal Kak Danu udah bilang kalo kebun binatang itu tutup nya jam 4 sore.

Dan ya, gue terpaksa menghabiskan waktu setengah jam hanya untuk menunggu giliran parkir mobil sambil melihat para pengunjung yang mulai keluar di saat kita baru sampai.

Menurut gue, penataan parkir nya masih berantakan dan perlu lahan yang lebih luas lagi mengingat kebun binatang adalah salah satu tempat rekreasi yang low budget.

Setelah akhirnya keluar dari mobil, kita langsung ke gerbang masuk karena kartu kita masih ada saldo nya. (Harga masuk dewasa 4000. Gue bertiga, jadi diperlukan saldo 12.000. Nah karena sisa saldo sebelumnya 14.000, jadi kartu nya masih sisa 2.000)

Pas masuk, emang ramai banget sih. Tapi ya … masih dalam tingkat kewajaran tempat wisata aja. Tetapi tadi sinar matahari nya lumayan terik dan di dalam kurang pepohonan.

Terus berdasarkan apa yang gue liat, kayaknya kebun binatang ragunan ini bukan hanya dimanfaatkan sebagai sarana edukasi tentang satwa, tetapi juga dipergunakan sebagai tempat piknik keluarga.

Sepanjang jalan, sangat disayangkan sih karena gue melihat sampah yang berserakan padahal udah disediain tempat sampah di mana mana. Gue heran aja sama manusia manusia lain nya itu kenapa mereka enggak punya kesadaran sama sekali tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Skip kita memutuskan untuk masuk ke pusat primata karena yang kita pikirkan: “Iya yuk di dalem primata seinget gue adem ada ac nya banyak monyet nya”

Lalu kita diharuskan untuk bayar tiket masuk lagi karena hari Minggu yaitu 7.500. Dan di sini ada larangan tidak boleh membawa makanan atau minuman ke dalam dan korek api.

Melihat ada patung gorilla di tengah tangga sebelum masuk tempat nya, kita sangat excited. Entahlah mungkin udah lama enggak merasakan kebahagiaan yang biasanya ada di jiwa anak anak ini.

Masuk ke dalam itu ada jalanan lurus (kayak di jembatan penyebrangan) yang di kiri dan kanan nya pepohonan. Gue jalan sambil ngeliat kanan dan kiri berusaha mencari monyet nya, tetapi tidak ada yang gue liat.

Sebelum akhirnya gue masuk ke dalam tempat, gue hanya melihat satu gorilla yang sedang duduk.Di tempat selanjutnya ini, dalem nya dibuat kayak hutan yang kiri dan kanan nya mirip batang pohon dan pencahayaan yang seadanya.

Nah, di sepanjang perjalanan kan ada bagian yang diberi kaca dan seharusnya menjadi tempat dimana kita bisa melihat monyet dari bermacam jenis, tapi di sini lah bagian yang bener bener mengecewakan.

Harusnya, gue bisa melihat banyak monyet, tapi pada kenyataan nya, monyet nya cuma sedikit, Dan itu bukan hanya kita aja yang menggerutu dan merasa kayak gitu, tetapi beberapa pengunjung yang bareng kita juga mengoceh tentang itu.

Balik lagi bukan masalah tiket masuk 7.500, tapi kemana monyet – monyet itu? Pusat primata yang sebesar itu, bahkan jumlah monyet yang bisa gue lihat kurang lebih cuma sepuluh. Dan rata – rata monyet nya itu enggak aktif, tapi malah cuma duduk aja sambil makan.

Jujur, gue sebagai pengunjung kecewa berat sama itu. Gue yang mau bernostalgia dengan melihat monyet di pusat primata justru disuguhkan dengan tempat diberi kaca yang enggak ada isinya.

Oiya gue mau cerita, di bagian luar tempat itu (tapi masih di pusat primata), ada kandang monyet besar yang isinya lima monyet kayaknya, dan di saat gue mau liat, ada seorang embak – embak yang sedang videoin monyet itu. 

“Halo” “Kamu enggak bête di dalem situ?” “Bete nggak?” “Ih kamu kok enggak jawab”

Kira kira begitulah ucapan nya.

Nah menurut gue, pusat primata justru terlalu besar tempat jalan jalan nya aja (ada tempat singgah dengan pemandangan danau juga) yang ngebuat orang masuk ke situ bukan buat liat monyet, tapi buat istirahat dengan enak karena adem.

Akhirnya, kita keluar kan dari pusat primata karena pas ngikutin jalan emang menuntun ke pintu keluar.

Mengingat waktu yang singkat, kita pun sepakat untuk pulang tetapi melewati jalanan yang ada hewan – hewan nya juga. Kita sempat melihat berbagai jenis macan, ular, ikan, musang, sampai burung pelican yang sebagai penanda perjalanan akan dimulai dan perjalanan telah selesai.
Disinilah bagian tergila nya.

Hanya untuk keluar dari kebun binatang ragunan, gue harus menghabiskan waktu satu setengah jam.
 
Bayangkan saja.

Kira - kira ada enam baris menuju keluar, dan ternyata di depan gerbang hanya dibuat satu baris woy.

Sangat sulit sebenarnya untuk menjabarkan lebih jelasnya perjalanan gue ke kebun binatang ragunan ini. Sebenarnya senang karena bernostalgia, tetapi dibuat bête dengan hal – hal yang tidak sesuai dengan ekspetasi.

Jadi, yang gue harapkan untuk kebun binatang ragunan ini, semoga arus keluar dan masuk serta parkir kendaraan lebih dikondisikan untuk lebih baik lagi. Selain itu, gue menunggu etalase (lu kira warteg) yang kosong di pusat primata menjadi berpenghuni lagi.

YEY SELESAI.

Sekian komentar dari gue, salah satu warga Jakarta yang bangga akan keragaman fauna yang ada di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bangganya Sebagai Angkatan 2020!

27 Maret 2020 23:11 Di saat gue menulis ini, update COVID-19 di RI yang ada di LINE memberi data baHwa sudah ada 1046 positif, 46 sembuh,...