Hari ini gue berniat untuk membuat konten di blog dengan
beberapa edisi khusus seperti:
1. #JejakKaki untuk review tempat
2. #Sepenglihatanku untuk review film
3. #MauBerpendapat untuk berkomentar tentang topik yang sedang viral
2. #Sepenglihatanku untuk review film
3. #MauBerpendapat untuk berkomentar tentang topik yang sedang viral
Seperti pada judulnya, gue akan bercerita tentang apa yang
gue lakukan hari ini.
Jadi, siang tadi gue janjian dengan temen gue, Aqilla dan
Kak Danu di McDonalds Kelapa Dua dengan niat awal ‘mau ngobrol santai aja’.
Namun setelah menghabiskan sedikit waktu di McD, kita
berniat untuk mencari tempat lain. Terus tanpa memikirkan tujuan yang entah
kemana, kita udah masuk ke dalem mobil dan searching tempat nongkrong asik di
Depok. Dan sayangnya, google merekomendasikan nya tempat makan semua.
Lalu di perjalanan, tiba – tiba kak Danu ngomong. “Eh lu mau
ga menuhin bm gue kita ke ragunan? Gue cuma lagi pengen liat binatang aja”
Tanpa banyak pertimbangan, akhirnya kita menuju ke sana.
Secara garis besar jalanan cuma ramai lancar, sampai akhirnya terjadi macet di
pintu masuk ke kebun binatang nya.
Yang belum tau kebun binatang ragunan, itu letaknya di
daerah Jakarta Selatan. (mau lengkap, searching aja)
Pas sampai, sekarang gue harus membeli kartu dengan harga
30.000 yang di dalemnya ada saldo 20.000 (gue enggak tahu mulai berlaku kapan,
karena gue udah bertahun – tahun enggak kesini). Nah kebetulan gue naik mobil,
bayar parkir nya cuma 6.000.
Yang pada saat itu udah jam setengah 3, kita tetep nekat
masuk padahal Kak Danu udah bilang kalo kebun binatang itu tutup nya jam 4
sore.
Dan ya, gue terpaksa menghabiskan waktu setengah jam hanya
untuk menunggu giliran parkir mobil sambil melihat para pengunjung yang mulai
keluar di saat kita baru sampai.
Menurut gue, penataan parkir nya masih berantakan dan perlu
lahan yang lebih luas lagi mengingat kebun binatang adalah salah satu tempat
rekreasi yang low budget.
Setelah akhirnya keluar dari mobil, kita langsung ke gerbang
masuk karena kartu kita masih ada saldo nya. (Harga masuk dewasa 4000. Gue
bertiga, jadi diperlukan saldo 12.000. Nah karena sisa saldo sebelumnya 14.000,
jadi kartu nya masih sisa 2.000)
Pas masuk, emang ramai banget sih. Tapi ya … masih dalam
tingkat kewajaran tempat wisata aja. Tetapi tadi sinar matahari nya lumayan
terik dan di dalam kurang pepohonan.
Terus berdasarkan apa yang gue liat, kayaknya kebun binatang
ragunan ini bukan hanya dimanfaatkan sebagai sarana edukasi tentang satwa,
tetapi juga dipergunakan sebagai tempat piknik keluarga.
Sepanjang jalan, sangat disayangkan sih karena gue melihat
sampah yang berserakan padahal udah disediain tempat sampah di mana mana. Gue heran
aja sama manusia manusia lain nya itu kenapa mereka enggak punya kesadaran sama
sekali tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Skip kita memutuskan untuk masuk ke pusat primata karena
yang kita pikirkan: “Iya yuk di dalem primata seinget gue adem ada ac nya
banyak monyet nya”
Lalu kita diharuskan untuk bayar tiket masuk lagi karena hari
Minggu yaitu 7.500. Dan di sini ada larangan tidak boleh membawa makanan atau
minuman ke dalam dan korek api.
Melihat ada patung gorilla di tengah tangga sebelum masuk
tempat nya, kita sangat excited. Entahlah mungkin udah lama enggak merasakan
kebahagiaan yang biasanya ada di jiwa anak anak ini.
Masuk ke dalam itu ada jalanan lurus (kayak di jembatan penyebrangan)
yang di kiri dan kanan nya pepohonan. Gue jalan sambil ngeliat kanan dan kiri
berusaha mencari monyet nya, tetapi tidak ada yang gue liat.
Sebelum akhirnya gue masuk ke dalam tempat, gue hanya
melihat satu gorilla yang sedang duduk.Di tempat selanjutnya ini, dalem nya
dibuat kayak hutan yang kiri dan kanan nya mirip batang pohon dan pencahayaan
yang seadanya.
Nah, di sepanjang perjalanan kan ada bagian yang diberi kaca
dan seharusnya menjadi tempat dimana kita bisa melihat monyet dari bermacam
jenis, tapi di sini lah bagian yang bener bener mengecewakan.
Harusnya, gue bisa melihat banyak monyet, tapi pada
kenyataan nya, monyet nya cuma sedikit, Dan itu bukan hanya kita aja yang
menggerutu dan merasa kayak gitu, tetapi beberapa pengunjung yang bareng kita
juga mengoceh tentang itu.
Balik lagi bukan masalah tiket masuk 7.500, tapi kemana
monyet – monyet itu? Pusat primata yang sebesar itu, bahkan jumlah monyet yang
bisa gue lihat kurang lebih cuma sepuluh. Dan rata – rata monyet nya itu enggak
aktif, tapi malah cuma duduk aja sambil makan.
Jujur, gue sebagai pengunjung kecewa berat sama itu. Gue
yang mau bernostalgia dengan melihat monyet di pusat primata justru disuguhkan
dengan tempat diberi kaca yang enggak ada isinya.
Oiya gue mau cerita, di bagian luar tempat itu (tapi masih
di pusat primata), ada kandang monyet besar yang isinya lima monyet kayaknya,
dan di saat gue mau liat, ada seorang embak – embak yang sedang videoin monyet
itu.
“Halo” “Kamu enggak bête di dalem situ?” “Bete nggak?” “Ih
kamu kok enggak jawab”
Kira kira begitulah ucapan nya.
Nah menurut gue, pusat primata justru terlalu besar tempat
jalan jalan nya aja (ada tempat singgah dengan pemandangan danau juga) yang
ngebuat orang masuk ke situ bukan buat liat monyet, tapi buat istirahat dengan
enak karena adem.
Akhirnya, kita keluar kan dari pusat primata karena pas
ngikutin jalan emang menuntun ke pintu keluar.
Mengingat waktu yang singkat, kita pun sepakat untuk pulang
tetapi melewati jalanan yang ada hewan – hewan nya juga. Kita sempat melihat berbagai
jenis macan, ular, ikan, musang, sampai burung pelican yang sebagai penanda
perjalanan akan dimulai dan perjalanan telah selesai.
Disinilah bagian tergila nya.
Hanya untuk keluar dari kebun binatang ragunan, gue harus
menghabiskan waktu satu setengah jam.
Bayangkan saja.
Kira - kira ada enam baris menuju keluar, dan ternyata di
depan gerbang hanya dibuat satu baris woy.
Sangat sulit sebenarnya untuk menjabarkan lebih jelasnya
perjalanan gue ke kebun binatang ragunan ini. Sebenarnya senang karena
bernostalgia, tetapi dibuat bête dengan hal – hal yang tidak sesuai dengan
ekspetasi.
Jadi, yang gue harapkan untuk kebun binatang ragunan ini,
semoga arus keluar dan masuk serta parkir kendaraan lebih dikondisikan untuk
lebih baik lagi. Selain itu, gue menunggu etalase (lu kira warteg) yang kosong
di pusat primata menjadi berpenghuni lagi.
YEY SELESAI.
Sekian komentar dari
gue, salah satu warga Jakarta yang bangga akan keragaman fauna yang ada di
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar